Oleh : Imran Abdul Rojak ( Ponpes Pulosari)
Gus Dur adalah sumur tanpa dasar. Tak pernah habis ia dipercakapkan dan diperdebatkan. Bukan hanya ketika ia masih hidup bahkan ketika ia sudah tiada. Ia dipuji dan dimaki. Dicintai dan dibenci. Yang pasti ucapannya selalu dinanti meskipun berujung kontroversi. Sosoknya penuh misteri. Sampai-sampai Nurcholish Madjid, intelektual Muslim paling berpengaruh, sambil bercanda pernah berkata, “Hal yang misterius dan hanya Tuhan yang tahu, selain jodoh, maut, dan rezeki, adalah Gus Dur.” Saking misteriusnya, sikap, ucapan dan kebijakannya sering disalahpahami. Mereka baru paham jika kemudian dijelaskan maksudnya oleh orang terdekatnya seperti Adhi Massardhi.
Satu peran lagi yang dimiliki oleh Gus Dur adalah bahwa ia adalah seorang wali seperti dipercayai dan diyakini oleh banyak kalangan. Sebagai seorang wali, kerap kali ia mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang lahir buah dari “musyahadah” berupa nubuwwat dan ilmu ladunni yang disaksikan dan dialami orang banyak orang dari berbagai kalangan.
Diantara sebagian nubuwwatanya adalah prediksinya bahwa dirinya akan menjadi presiden, kejatuhan Soeharto, KH. Aqil Siraj akan memimpin NU pada usia 55 tahun, Pak Sutarman menjadi Kapolri, dll. Sedangkan diantara ilmu ladunninya adalah hafal ribuan nomor telepon, membuat makalah dalam waktu 2 jam lengkap dengan catatan kaki, pembicaraannya nyambung meskipun beliau tertidur pulas.
Dengan berbagai nubuwwat dan ilmu ladunni yang dimiliki Gus Dur, seperti banyak orang percaya, saya juga percaya bahwa Gus Dur adalah seorang wali.
Tulisan saya ini merupakan apresiasi dan tabaruk saya kepada Sang Legenda, KH. Abdurahman Wahid. Lahu al-Fatihah.