media sosial hari ini sudah mendarah daging di kehidupan manusia, bahkan media sosial sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama manusia, dari segi kemanfaatan media sosial memiliki nilai dan manfaat yang baik jika digunakan dengan baik dan bijak.
dengan hadirnya media sosial menjadi wadah seseorang mengekspresikan dirinya, eksprei bahagia, sedih, marah dll, dengan media sosial orang se akan bisa melakukan cuitan apapun tanpa melihat pada etika dan norma bermedia sosial, akhir akhir ini media sosial bisa menjadi ajang untuk menyalahkan orang lain, ajang untuk mencaci orang lain, untuk melakukan ujaran kebencian, dan bahkan menjadi alat untuk menyebarkan berita kebohongan atau hoax.
dengan hadirnya media sosial seseorang bisa melakukan cuitan apapun, berkata seenaknya dan berargumen tanpa landasan keilmuan yang jelas, sehingga sebagaimana yang di katakan imam Al- Ghazali : "Karena orang-orang dungulah terjadi banyak kontroversi di antara manusia. Seandainya orang-orang yang bodoh berhenti bicara, niscaya berkuranglah pertentangan di antara sesama." (Imam al-Ghazali dalam kitab "Faishilut Tafriqah bainal Islâm wal Zindiqah")
di era modernitas hari ini sesorang mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan apa yang ada di pikirannnya, namun yang menjadi persoalan adalah tinginya semangat untuk berekspresi tidak dibarengi dengan landasan pengetahuan dan ilmu yang mumpuni, sehingga seenak mengomentari suatu perkara, misal pembahasan politik di bahas oleh orang - orang amatiran yang bukan bidangnya, kemudian masalah agama di komentari oleh orang yang baru belajar beragama, sehinga dengan munculnya hal itu membuat kegaduhan di jagat dunia maya.
fenomena hari ini menimpa KH. Yayan Bunyamin, Aktis Nahdlatul Ulama, yang di olok- oleh oleh sekelompok oknum yang menamakan dirinya sebagai Kyai, dalam percakapan WAG yang viral di jagat maya, munculnya tindakan yang dilakukan oleh oknum tersebut tidak mencerminkan, bagaimana sesama manusia memandang perbedaan sebagai anugerah tuhan, namun kejadian itu sungguh tidak dibenarkan.
bagi orang Nahdlatul Ulama (NU ) di caci dan di rendahkan sudah biasa, kami tidak akan membalas dengan cacian dan makian lagi, karena hakikatnya bagi kami direndahkan sekalipun tidak akan mengurangi kemulian dan derajat kita, tapi sebaliknya orang yang mencaci dan menghina adalah hamba amatiran dan hamba rendahan.
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/80091/andai-orang-bodoh-mau-berhenti-komentar