Di Basra, Irak, ada seorang lelaki saleh yang sedang sakit dan terbaring lemah. Dirinya dikelilingi oleh ayah, ibu, istri, dan anak-anaknya. Semuanya menangis, seolah tahu bahwa ajal lelaki tersebut telah dekat.
Melihat tangisan dari orang-orang terkasihnya, lelaki itu menanyakan pertanyaan kepada masing-masing dari mereka,
ما الذي يبكيك؟
Apa yang membuat engkau menangis?
Satu persatu dari mereka menjawab dengan jawaban yang sama,
نبكى فراقك وما نتعجل من الوحشة بعدك.
Kami menangisi perpisahan denganmu, dan kesepian yang akan kami jalani nanti tanpamu.
Mendengar jawaban mereka, dengan getirnya lelaki itu duduk, lalu berkata,
كلكم يبكى للدنيا. أما منكم من يبكى لما يلقاه وجهي من التراب؟ أما منكم من يبكى لمسائلة منكر ونكير؟ أما منكم من يبكى بمقامي بين يدي ربي؟
(Ternyata) Yang kalian tangisi hanya perkara dunia; perpisahan dan kesepian. Knpa kalian tidak menangisi keadaanku saat wajahku ditutup tanah? Kenapa kalian tidak menangisiku saat kelak aku ditanya oleh Munkar Nakir? Kenapa kalian tidak menangisi keadaanku saat menghadap Tuhanku?
Tak berselang lama, setelah kalimat itu terlontar dari bibirnya, lelaki itu berteriak, lalu mati.~suryadi.