Diskusi Menyoal Pilkades Serentak |
Whynoteliterasi : Hasrat untuk menjadi orang nomer satu di pemerintahan desa hendaknya dilalui dengan jalan santun dan beradab dengan tidak mencaci lawan, sambil memperbaiki citra sendiri untuk menaikan mesin elektoralnya.
Kontributor : sofwan
saiful malik
Berpolitik itu
sederhana, yakni bagaimana kontestan mampu meyakinkan konstituen dalam memberi
hingga merawat harapnya.
Kebebasan berpolitik
bukan berarti menganggap yang liyan adalah neraka yang harus dihanguskan, atau
sebagai efifani sumber kegelisahan satu bagi lainnya, melainkan sebagai sumber
energi dalam merawat demokrasi yang beradab sejak pilkades, pilbup, pilgub hatta
pilpres sekalipun. Sebab pemilu tanpa kontestasi adalah nonsens.
Dalam pilkades setiap
kontestasi memiliki latar belakang berbeda, pendidikan yang tidak sama,
kebatinan yang berbada, simbol, narasi, ide dan cara juang untuk meyakinkan
konstituen yang persis tidak sama, tapi mereka disatukan oleh tujuan yang sama
untuk mendapatkan simpati masa yang akan melegitimasinya menjadi pimpinan enam
tahun ke depan
Hasrat untuk menjadi
orang nomer satu di pemerintahan desa hendaknya dilalui dengan jalan santun dan
beradab dengan tidak mencaci lawan, sambil memperbaiki citra sendiri untuk
menaikan mesin elektoralnya.
Untuk calon lurah
ataupun pemimoin lainnya yang sudah menjadi teruslah mengingat bahwa di alam
demokrasi ketergantungan pemimpin terhadap rakyat jauh lebih besar ketimbang
rakyat kepada pemimpinnya. Jika pemimpin sebelum menjadi ia memohon kepada
rakyat untuk dirinya sendiri, terlepas apapun kebijakannya nanti.
Sementara
rakyat memohon kepada pemimpin untuk kepentingan bersama. Jadi tetaplah
merendah, tetaplah merakyat karena ketergantungan pemimpin kepada rakyat adalah
keniscayaan. Terlebih jadilah pemimpin untuk semua golongan dengan menafikan
sektarian.
Bagi simpatisan ataupun
jurkam tak perlu juga tendensius, apalagi menguras energi dalam menjagokan dukungan
toh pada akhirnya saat pemenang ditahbiskan, ia akan menjadi pemimpin bersama
bukan golongan yang partikulatif. Itulah stempel yang melekat pada sebuah
jabatan.
Jikapun ada kekecewaan
di tengah perjalanan barangkali terjadi karena terganggunya silaturahmi antara
masyarakat dengan pemimpin atau dengan mereka yang menjembatani kita dengan
pemimpin.
Kita harus terus
tersadarkan bahwa untuk membangung jejaring konstituen dibutuhkan kewarasan
tanpa harus menapikan lawan. Silaturahmi yang mencairkan suasana, dan sapa
tanya yang tidak menegangkan. Kita tidak boleh menutup diri atas kelemahan
kita, saat yang sama membabi buta sumpah serapah terhadap lawan.
Akhirnya, ada hal yang
jauh lebih penting yakni membangun silaturahmi yang saling menguatkan untuk jalan
bersama melawan kapitalis dengan pergerakan, dan nalar yang logis untuk terus
mengawal keberadaan Plts Di kecamatan Cipeundeuy. Disaat kini PLTS malah menjadi konsumsi seksi
para jurkam dalam menawarkan harapan. Ketahuilah ke depan ekses sosial dan
moral pasca keberadaan PLTS jauh lebih kompleks ketimbang persoalan seluruh
warga Kec Cipeundeuy.