Oleh : Irfan Muhammad Faruq |
''Mungkin Ini Caraku Untuk Menyampaikan
Kasih Sayang Ini,Yang Memang Sampai Saat ini
Aku Belum Bisa Menyampaikan Secara Langsung''
Terimakasihku Kepada Si Tua
Semasa kecil dialah ibu yang slalu menyusuiku dan aku tahu sang ayah yang slalu
letih sepulang bekerja,tapi ayah yang slalu menanyakan''ada cerita apa hari ini?'',
meskipun dia tidak bertanya secara langsung kepadaku.
Mereka tidak peduli seberapa pinter sang anak,merekapun tidak peduli seberapa
kaya sang anak,dan bahkan mereka tidak mau tahu sang anak sudah menginjak remaja,
mereka selalu menganggap anaknya seperti sang bayi yang baru lahir,
yang seringkali menjadi momok ke khawatiranya.
Dengan catatan mereka tidak mau si tua menjadi beban sang anak,
apalagi menjadi sebuah ke khawatiran sang anak anak nya,
apakah itu adil?apakah itu sebuah bentuk kebohongan si tua?.
Meskipun aku terbiasa jauh dari mereka tapi percayalah rasa sayang ini sama
seperti yang kalian rasakan,maafkan anakmu ini yang sering buatmu khawatir,
maafkan anakmu ini yang sering buatmu menangis,aku tidak mau seperti maling kundang,
yang di kutuk menjadi batu oleh ibunya.
Beranjak dewasa disaat orang-orang seumuranku menikmati masa-masa pendewasaan
dengan penuh kesenangan,dan dengan hak-haknya sebagai pemuda yang mencari jati diri,
lantas apa kabar denganku yang harus pergi kepenjara?sebuah problematika bukan?
Ternyata benar si tua selalu tahu mana yang memiliki value plus bagi sang anaknya,
dan mungkin si tua ngasih branding awal bagi si anak,
dan perlahan aku bisa survive dengan semua problematikanya.
Ibuuu percayalah,di dalam doa kami anak anakmu,namamu pun tak pernah
putus kami sebut,karna kami terlahir dari cinta dan cinta itu ibu,
ayahhh percayalah namamu pun selalu menjadi tauladan dan martabat bagi kami anakmu,
karna kami terlahir dari kasih sayang,dan kasih sayang itu ayahhhh.
letih sepulang bekerja,tapi ayah yang slalu menanyakan''ada cerita apa hari ini?'',
meskipun dia tidak bertanya secara langsung kepadaku.
Mereka tidak peduli seberapa pinter sang anak,merekapun tidak peduli seberapa
kaya sang anak,dan bahkan mereka tidak mau tahu sang anak sudah menginjak remaja,
mereka selalu menganggap anaknya seperti sang bayi yang baru lahir,
yang seringkali menjadi momok ke khawatiranya.
Dengan catatan mereka tidak mau si tua menjadi beban sang anak,
apalagi menjadi sebuah ke khawatiran sang anak anak nya,
apakah itu adil?apakah itu sebuah bentuk kebohongan si tua?.
Meskipun aku terbiasa jauh dari mereka tapi percayalah rasa sayang ini sama
seperti yang kalian rasakan,maafkan anakmu ini yang sering buatmu khawatir,
maafkan anakmu ini yang sering buatmu menangis,aku tidak mau seperti maling kundang,
yang di kutuk menjadi batu oleh ibunya.
Beranjak dewasa disaat orang-orang seumuranku menikmati masa-masa pendewasaan
dengan penuh kesenangan,dan dengan hak-haknya sebagai pemuda yang mencari jati diri,
lantas apa kabar denganku yang harus pergi kepenjara?sebuah problematika bukan?
Ternyata benar si tua selalu tahu mana yang memiliki value plus bagi sang anaknya,
dan mungkin si tua ngasih branding awal bagi si anak,
dan perlahan aku bisa survive dengan semua problematikanya.
Ibuuu percayalah,di dalam doa kami anak anakmu,namamu pun tak pernah
putus kami sebut,karna kami terlahir dari cinta dan cinta itu ibu,
ayahhh percayalah namamu pun selalu menjadi tauladan dan martabat bagi kami anakmu,
karna kami terlahir dari kasih sayang,dan kasih sayang itu ayahhhh.