<head> Agama , Ulama dan Politik

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Artikel (31) bacaan (14) Berita (29) ekonomi. (1) Film (6) Keilmuan (17) Keislaman (37) Opini (77) Pemilu (6) PMII (14) POLITIK (6) Puisi (2) Warta (39)

Agama , Ulama dan Politik

Senin, Agustus 28 | Agustus 28, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-29T04:26:12Z
Agama, Ulama dan Politik

Oleh : Ahmad Kodir N
mengutip pendapat dari Harun Nasution bahwa Agama terdiri dari dua kata yakni " A" yang berarti tidak dan "GAM " yang berarti pergi, dengan demikian agama secara bahasa berarti sesuatu yang tetap atau tetap di tempat , oleh karena itu dari definisi ini wajar jika agama memiliki sifat di warisi dan turun temurun.
dari berbagai istilah agama juga berarti mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan perbuatan manusia.

dalam agama tersumber beberapa keyakinan keimanan dan hal hal fundamental yang perlu di yakini sesuai dengan agama masing- masing, dalam hal ini agama memiliki instrumen keagamaan, misalnya pendeta, ulama, al kitab dan Al- Qur'an. dalam hal ini sebagai manusia yang mengikatkan diri terhadap suatu agama tertentu, sudah barang pasti melakukan tindakan sesuai dengan syariat yang berlaku.
mengutip dari KH Abdurahman Wahid bahwa agama selain sebagai kekuatan yang mengikat untuk melaksanakan ibadah ibadah, baik sosial, spritual dan jenis peribadatan lain nya. agama pada tahun tahun politik juga digunakan untuk meraup suara, dan partisipan, karena kerap kali oknum menggunakan agama sebagai tameng untuk melakukan kegiatan politiknya.

misalnya kerap kali oknum politisi menggunakan instrumen agama untuk kepentingan politiknya " Jika kamu tidak memilih saya berati kamu ingin di pimpin oleh kafir, dan jika kamu tidak memilih saya maka jika mati jenazahnya tidak akan di mandikan dan di solatkan. polarisasi ini terjadi pada kontestasi pemilu 2019. selain itu politisasi agama juga terjadi, dengan menggunakan dalil ayat al qur'an dan hadist untuk memproduksi dan meraup suara, seolah olah orang yang tidak memilihnya dan tidak sesuai dengan kepentingan ayat al qur'an yang digunakan, maka orang yang menentang itu di narasikan sebagai orang yang tidak taat dan patuh terhadap agama.

hal ini senada dengan yang di kemukakan Gus dur " barang siapa yang menggunakan agama untuk polarisasi politiknya, maka seolah olah orang yang berbeda pilihan, sedang bersengketa dengan agama.
politisasi agama perbuatan menghinakan agama, agama yang seharusnya di jaga dan dijalankan sesuai dengan syariat ini malah digunakan untuk kepentingan kekuasaan.
masalah memilih pemimpin bukan hanya saja kita melihat calon pemimpin karena ia rajin solat, rajin sodakoh, dan rajin berhaji, sebab solat adalah kewajiban nya terhadap tuhan nya, sodakoh adalah amal baiknya dan berhaji juga kewajiban nya, kita jangan terjebak bahwa orang demikian patut men jadi pemimpin, sebab menjadi seorang pemimpin tidak cukup hanya itu saja, perlu beberapa kriteria seorang pemimpin misalnya, tabligh, sidiq, amanah, patonah, dan adil. 
bagaimana hubungan antara agama, ulama dan politik..?
untuk menjawab pertanyaan itu kita harus menjernihkan pikiran kita dari pikiran pikiran kotor yang membelenggu kita, sebab dalam hal ini tidak ada maksud untuk menelanjangi peran agama, ulama dan kontestasi politik, tulisan ini hanya sebatas pengantar dan hasil rangkungan dari beberapa sumber.
agama dan ulama dua hal yang tidak bisa kita pisahkan, sebab peran ulama dan kyai sangat besar dalam membina umat, dan memperkenalkan agama, baik ada yang memperkenalkan agama dengan tendensi ramah ada juga dengan tendensi marah, kedua mempunyai argumen dan dalil masing masing, kita tidak boleh menyalahkan salah satunya.
posisi dan peran ulama dalam membina umat memiliki pengaruh yang sangat luarbiasa, bagaimana tidak seorang ulama ini mengajak dan menyerukan umatnya ke jalan kebahagian dan surga,meski dengan konsep dan persepsi masing masing ulama. ulama juga memiliki berbagai keilmuan yang mumpuni dalam berbagai bidang misal, pendidikan, keagamaan, dan politik, fiqh, kaidah bahasa arab, mantek dll.
ulama dalam posisinya menempati kelas menengah ( midle class) sejatinya dalam struktur sosial ulama sangat di segani di taati dan dipatuhi. dalam hal ini kepatuhan umat dengan basis masa yang banyak tidak dapat di ragukan. ini terbukti dari berbagai sumber dan salah satunya adalah basis masa ponpes al zaytun, yang hari ini menjadi perbincangan publik, karena berbagai perbincangan.
hadir nya Al- Zaytun, Panji Gumilang beserta jamaahnya, tidak bisa kita anggap sembarangan, sebab kelompok ini pasti mempunyi kepentingan politik dengan basis jamaah nya, sehingga al zaiytun ini sangat di perhitungkan keberadaan nya, dengan jumlah basis masa yang banyak sudah barang tentu al zaiytun ini secara politis menitipkan kepentingan politiknya. ( simbiosis mutualisme).
selain itu kontestasi politik yang melibatkan peran ulama juga terjadi pada pemilu pemilu sebelumnya, misalnya pasangan KH Hasyim Muzadi dengan Megawati, Jokowi dan KH Ma'ruf Amin, dan KH salahudin Wahid dengan Wiranto.

dari berbagai pemilu kita bisa menelaah peran kyai dan ulama dalam proses perebutan kekuasaan/politik, ini sangat tergambar betul bahwa peran kyai di panggung politik sangat di perhitungkan, bayangkan saja Seorang Kyai Khos dengan jutaan umatnya, Santrinya dan Muhibin nya di seluruh penjuru tanah air ini, namun kita juga jangan mengira bahwa suara dan kepatuhan umat terhadap kyai nya itu satu narasi/satu komando, sebab di berbagai wilayah umat mempunyai ketaatan terhadap kyai kyai nya masing masing, sehingga perlu kerja keras dan cerdas untuk menyatukan suara kyai/ulama dan umat.

dalam hal ini kita tidak dapat mengesampingkan peran kyai/ulama di panggung politik, sebab sekarang juga terjadi lobi lobi politik yang di lakukan muhaimin iskandar cs ( Gus muhaimin ) untuk dapat kursi cawapres, Cak imin cs mengklaim mempunyai basis suara jateng dan jatim, yang menjadi lumbung suaranya, dengan basis PKB, Ulama, dan Santrinya, sebab di daerah jateng dan jatim kecerdikan cak imin dengan para gawagis ( para Gus ) membuat kekuatan solid basis pesantren, sehingga basis yang di bangun sangat kuat dan militan, sehingga Gus Imin cs sempatkan melontarkan " Jika ingin menang harus dengan PKB sebagai cawapresnya, dan ini mandat muktmar dan Pra kyai, begitu ungkap Gus Muhaimin. " dari lobi lobi cawapres ini sudah jelas jika posisi kyai/ulama begitu diperhitungkan sehingga setiap calon berlomba lomba melakukan pendekatan kepada sesepuh sesepuh pesantren, terkhusus di sesepuh Nahdlatul Ulama.

hemat saya bahwa antara kepatuhan umat terhadap agama, dan kyai, adalah kepatuhan yang saling menguntungkan, dan saling melengkapi, namun kerap kali agama hanya dijadikan objek untuk merebut kekuasaan , bukan dijadikan untuk melakukan kemaslahatan. dan kyai hanya menjadi rebutan untuk meraup dan meraih kuasa, sehingga tidak punya kekuatan politik di parlemen, karena ketika sudah terpilih begitu saja di lupakan.

×
Berita Terbaru Update