<head> Gus Mentri memberi Pesan : Jangan pilih capres pemecah belah umat, Relevan atau Gimik ?

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Artikel (31) bacaan (14) Berita (29) ekonomi. (1) Film (6) Keilmuan (17) Keislaman (37) Opini (77) Pemilu (6) PMII (14) POLITIK (6) Puisi (2) Warta (39)

Gus Mentri memberi Pesan : Jangan pilih capres pemecah belah umat, Relevan atau Gimik ?

Senin, September 4 | September 04, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-03T06:19:37Z

Akhir ini konflik kepentingan dan penggiringan isu mulai masing di layangkan, baik oleh kaum yang katanya aktivis, rakyat biasa, akademisi bahkan sampai menteri dan pejabat politik lain nya.

akhir akhir ini seakan terjadi perdebatan panjang dan konflik kepentingan antara nahdlyin struktural, nahdlyin kultural, dan partai yang lahir (di bidani oleh Nahdlatul Ulama ) PKB. Pernytaan- Pernyataan Elit politik yang sangat satir dan menyindir Pasangan AMIN ( Anies Muhaimin ), yang menyinggung anies pernah menggunakan politik Identitas dan dianggap pemecah belah umat, lalu siapakah sebenarnya pemecah belah umat, apa hanya saja Pasangan amin, Oligarki, Kafitaslism, atau sebenarnya in hanya saling lempar isu.



di tahun politik ini rasanya jualan yang paling laku adalah Jualan isu, isu pelanggaran HAM, Perampasan Ruang Hidup, Capres Bokep, Hingga paslon Politik Identitas, dan yang terakhir pengusutan kembali kasus Kardus Durian yang menjerat ( Gus imin/Muhaimin iskandar ).

kira sebagai rakyat kita di hadapkan dengan beberapa pilihan capres yang mengatakan sangat mewakili rakyat dan mampu menumpas semua pelanggaran ham, ini mustahil terjadi sebab cerita ini mungkin hanya terjadi di anime One Piece, tidak berlaku bagi kita akar rumput dan warga negara indonesia.

langsung saja kita mengutip Tulisan Gus Roy Murtadho :

Gus menteri memberi pesan: jangan pilih capres pemecah belah umat. 

Saya menambahi: jangan pula pilih capres penculik, dan pelanggar HAM. Tak hanya itu, juga jangan pilih capres yang nggak becus meningkatkan kesejahteraan daerahnya, dan punya dosa lingkungan. 

Pas sudah. Tak kurang tak lebih. 

Semua sedang mengutuk politik aliran, atau politik identitas. Lha bukannya setelah penghancuran politik populis di masa Sukarno, di Indonesia, sudah nggak ada lagi diferensiasi ideologis dalam lanskap politik nasional? 

Makanya, kasus koalisi semacam Anies-Muhaimin itu biasa aja dlm politik yang nggak ideologis seperti sekarang. Coba tengok! Ini nggak akan terjadi di Amerika, misal, beberapa aktor di demokrat kerjasama dengan kubu republik. Karena garisnya jelas: demokrat liberal dan dianggap progresif, sementara republik konservatif. 

Anda tahu PKB kerap diidentifikasi sebagai beraliran moderat dan nasionalis. Sementara PKS pendukung Anies sebagai partai yang secara teologis dianggap konservatif dan disebut "islam politik". Bagaimana mungkin mereka yang dulu basis massanya saling sindir dan serang dengan saling melempar label, kini malah berangkulan. 

Lagi-lagi, namanya nggak ideologis. Semua kemungkinan bisa terjadi. Makanya diktum "tidak ada kawan abadi dalam politik" jadi relevan dalam politik semacam ini. So, saya kira semua pihak tidak usah baper, saling mencari kesalahan, menuding pengkhianat. Padahal dari semua sejarah politik Indonesia pasca Sukarno, rakyatlah pihak yang paling dikhianati. Ingat janji-janji politik Jokowi, yang katanya juga mau menyelesakian konflik agraria, mau menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu dls, yang terbukti nol! 

Kalo mau dilihat dengan jeli. Sebenarnya politik identitas juga dipakai oleh kubu Jokowi ketika memilih Ma'ruf Amin sebagai pasangannya. Kita tahu Ma'ruf Amin ada dalam pusaran utama kriminalisasi brutal terhadap Ahok. 

Yang lucu dan menggelikan. Beberapa orang terpelajar, paling nggak pernah sekolah tinggi, bisa-bisanya ikut menggemakan Jokowisme dan Ganjarian. Ini bener-bener keblinger. Jokowi jadi selevel dengan ideologi-ideologi besar semacam Marxisme, kapitalisme, feminisme, sosialisme dls. Ganjar jadi setara dengan Foucault, Derrida, atau Hegel. Lha pencapaian Ganjar secara teoritik dan praktik politik itu apa? Politik perubahan ruang yang gusur ruang hidup rakyat Wadas dan Kendeng? 

Do pura-pura kabeh! Mbok ngomong nyari makan aja kan nggak ada masalah. Ketimbang mempromosikan Jokowi jadi ideologi atau Ganjar jadi madzab pemikiran. Lha kerjaan nonton bokep dan cengingas cengingis kok dijadikan sebagai rujukan. Kan malah norak cah! Ayo kerjo... Kerjo... 

Sekali lagi, biasa aja itu koalisi seperti Anies dan Muhaimin. Ini sekedar mengingatkan. Dulu kan Mega pernah maju pilpres bareng Prabowo? Iling ra...

Malah si paling 98, paling musuh Harto, sang pejuang revolusioner yang sekarang diributin banyak orang karena sungkem ke Prabowo, dulu juga tim suksesnya Mega-Prabowo lho? Iling ra... Tahun piro kiro-kiro. 


×
Berita Terbaru Update