Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan loreng, dan manusia mati meninggalkan jasa, karya dan pemikiran. Begitulah yang dapat disematkan pada seorang tokoh nasional yang akrab dipanggil Gus Dur.
Abdurahman Wahid atau Gus Dur Walaupun sudah wafat sekitar 15 tahun yang lalu, tetapi nama dan pemikirannya masih hidup hingga kini. Warisan pemikiran yang Gus Dur ajarkan tidak terlepas dari ajaran demokrasi, budaya dan kemanusiaan, yang mana keseluruhan tidak terlepas dari irisan agama (tidak meninggalkan nilai-nilai agama). Itulah yang membuat masyarakat terus mengenal Gus Dur.
Sebagai penjaga dan penerus ajaran-ajaran Gus Dur, para Gusdurian Bandung terus bertekad untuk menyebarkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Salah satu upaya tersebut dilaksanakan dengan sering menyelenggarakan kegiatan-kegiatan peringatan yang berkait dengan ajaran Gus Dur.
Salah satu kegiatan peringatan Gus Dur adalah dengan mengadakan peringatan Hari Lahirnya. Gusdurian Bandung pada hari Sabtu 14 September 2024 menyelenggarakan peringatan Hari Kelahiran Gus Dur dengan diisi refleksi demokrasi. Sebagai cara merefleksikannya adalah dengan cara mengisi ruang dialektika Bedah buku berjudul "Demokrasi Seolah-olah". Buku tersebut merupakan kumpulan-kumpulan pemikiran Gus Dur terkait demokrasi yang diterbitkan oleh Yayasan Bani Kiyai Haji Abdurahman Wahid.
Bedah buku tersebut menghadirkan 3 pemateri, mereka adalah Reza Fauzi Nazar sebagai unsur akademisi, Nur Rofiah sebagai unsur Aktivis Jaringan Gusdurian dan Hedi Ardia sebagai unsur birokrasi. Mereka membedah terkait keadaan demokrasi yang semakin terpuruk di rezim ini, demokrasi yang seolah-olah hanya dilakukan prosedurnya saja dan tidak melakukan demokrasi substansial. Demokrasi yang hadir hanya dilakukannya pemilu tanpa sikap demokratis yang hadir dari pemerintah sebagai pemegang kekuasaan. Pemateri juga menitipkan harapan kepada komunitas Gusdurian, untuk terus konsisten menyuarakan keadilan dan hak-hak masyarakat sipil dan menjadi pilar dan pelopor hadirnya keadilan.
Sebelum bedah buku dilaksanakan terlebih dahulu menyimak Keynote spec dari Pembina Gusdurian Bandung, Profesor Dudang Gozali,
"Harlah Gus Dur diharapkan menjadi awal untuk merefleksikan ajaran-ajarannya tentang keadilan, baik dalam hal Demokrasi maupun dalam hal ekonomi, kedepannya ingin diadakan diskusi keadilan Ekonomi tentunya perspektif ajaran Gus dur." Ujarnya.
Peringatan Hari Lahir Gus Dur yang diadakan oleh Gusdurian Bandung di tahun ini juga beruntung karena dihadiri oleh perwakilan Sekretariat Nasional Gusdurian, Wahyuni Dela Sri. Beliau menyampaikan kebanggaannya karena dengan adanya peringatan Hari Lahir Gus Dur ini menjadi refleksi dialog lintas iman. Mbak Dela juga menyampaikan Salam dari Alisa Wahid (Koordinator Sekretariat Gusdurian) yang menyampaikan harapan untuk terus menyebarkan terkait pemeliharaan yang ditinggalkan Gusdur.
"Menjadi khasanah kebersamaan dan merajut kedamaian bersama. Harlah Gusdur sebagai refleksi keberagaman, budaya dan kemanusiaan." Ujar Jamilidin selaku Koordinator Gusdurian Bandung.